Pages

Subscribe:

mari membaca, :)

animasi favorit ku

animasi favorit ku
ku suka animasi gambar sapi

Mengenai Saya

Foto saya
write and share is the best thing in my life

follower

Senin, 04 Juli 2011

Desa Budaya Lung Anai


Desa Budaya Lung Anai

Desa Budaya Lung Anai terletak di provinsi kalimantan timur lebih tepatnya di kecamatan Loa kulu kabupaten kutai kerta negara. Untuk menuju ke desa budaya ini bisa di lalui memalui jalur darat.walaupun berada jauh dari desa namun desa ini saya rasa tidak terlalu ketinggalan tercermin dari gaya hidup masyarakat nya yang sebagian besar di huni dayak kenyah. Sebagian masyarakat disini sudah banyak yang menggunakan mesin cuci di setiap rumahnyanya, tata kota desa pun di tata secara apik dengan batu pres sebagai jalan. Masyarakat desa sudah lumayan lama tidak menggunakan air sungai untuk kegiatan sehari-hari, mereka menggunakan air dari gunung yg di alirkan melalui pipa-pipa. Didesa ini mayoritas beragama kristen dan sudah tedapat gereja salah satunya gereja yang terletak di samping balai
.

Untuk kalian yang ingin berwisata budaya dan mencari ketenagan di desa ini adalah pilihan yang tepat, karena nanti anda akan di suguhi tarian khas dayak kenyah yang memukau mata.

Minggu, 03 Juli 2011

budaya desa telang siong

   Kehidupan Budaya Masyarakat Desa Telang Siong
Dayak Maanyan sebagaimana Dayak Lainnya di Kalimantan Tengah pada awalnya menganut kepercayaan (Agama) Kaharingan yang sampai saat ini sangat mempengaruhi kebudayaan yang diwariskan kepada generasi baru yang menganut Agama Samawi (kebanyakan Kristen dan Katolik).

Di banyak daerah misionaris Kristen dan Katolik baru mencapai desa dan dusun pedalaman tahun 1970, otomatis sebelum kebanyakan Masyarakat Dayak Maanyan Benua Lima di daerah terpencil menganut kepercayaan (sekarang Agama) Kaharingan, yang oleh pemerintah waktu itu “dipaksa” menjadi Hindu Kaharingan.

Oleh karena itu beberapa upacara adat kematian Dayak Maanyan adalah warisan budaya yang dijiwai Agama Kaharingan yang dipeluk oleh leluhur Dayak Maanyan.

Pada dasarnya, secara hukum adat Dayak Maanyan terbagi tiga wilayah hukum adat yaitu wilayah Banua Lima, Paju Empat dan Paju Sepuluh (kampung sepuluh) terdapat bentuk-bentuk upacara kematian yang beragam. Yang akan dijelaskan adalah yang masuk hukum Adat Benua Lima.
 
Masyarakat Dayak Maanyan dulu menggambarkan bahwa kematian adalah sebuah awal perpindahan atau perjalanan roh (adiau atau amirue) ke kemuliaan dunia baru (tumpuk adiau) yang subur, damai, tenteram, kaya raya dimana di sana ada kesempurnaan, kesehatan, awet muda dan kehidupan yang abadi. Seorang Belian orang mati (wadian matei)  menggambarkan amirue/adiau akan diantar ke tumpuk janang jari, kawan nyiui pinang kakuring, wahai kawan intan amas, parei jari, kuta maharuh, welum sanang, puang mekum maringin, arai hewu (Roh yang meninggal akan di bimbing perjalanannya oleh belian menuju tempat/ perkampungan yang subur, kelapa dan pinang menghijau indah, bertaburkan intan dan emas, padi yang subur, makanan yang enak, hidup sejahtera, selalu sehat dan gembira).

Pada dasarnya Upacara (adat) kematian merupakan berbagai jenis upacara (serangkaian) dari kematian sampai beberapa upacara untuk mengantar adiau/ roh ke tumpuk adiau/ dunia akhirat.
Berikut beberapa upacara yang pernah diadakan :

  1. Ijambe, (baca : Ijamme’) yaitu upacara kematian yang pada intinya pembakaran tulang mati. Pelaksanaan upacaranya sepuluh hari sepuluh malam. dan membutuhkan biaya yang sangat besar, dengan hewan korban kerbau, babi dan ayam. Karena mahal Upacara ini dilakukan oleh keluarga besar dan untuk beberapa Orang (tulang yang udah meninggal) atau untuk beberapa nama.
  2. Ngadatun, yaitu upacara kematian yang dikhususkan bagi mereka yang meninggal dan terbunuh (tidak wajar) dalam peperangan atau bagi para pemimpin rakyat yang terkemuka. Pelaksanaannya tujuh hari tujuh malam.
  3. Miya, yaitu upacara membatur yang pelaksanaannya selama lima hari lima malam. Kuburan dihiasi dan lewat upacara ini keluarga masih hidup dapat “mengirim” makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya kepada “adiau” yang sudah meninggal.
  4. Bontang, adalah level tertinggi dan “termewah” bentuk penghormatan keluarga yang masih hidup dengan yang sudah meninggal, upacara ini cukup lama 5 hari lima malam, dengan biaya luar bisa, “memakan korban “puluhan ekor babi jumbo dan ratusan ekor ayam kampung esensinya adalah memberi/ mengirim “kesejahteraan dan kemapanan” untuk roh/ adiau yang di”bontang”, upacara ini bukan termasuk upacara duka, tapi sudah berbentuk upacara sukacita.
  5. Nuang Panuk, yaitu upacara mambatur yang setingkat di bawah upacara Miya, karena pelaksanaannya hanya satu hari satu malam. Dan kuburan si mati pun hanya dibuat batur satu tingkat saja, di antar kue sesajen khas Dayak yaitu tumpi wayu dan lapat wayu dan berbagai jenis kue lainnya dalam jumlah serba tujuh dan susunan yang cukup rumit
  6. Siwah, yaitu kelanjutan dari upacara Mia yang dilaksanakan setelah empat puluh hari sesudah upacara Mia. Pelaksanaan upacara Siwah ini hanya satu hari satu malam. Inti dari upacara Siwah adalah pengukuhan kembali roh si mati setelah dipanggil dalam upacara Mia untuk menjadi pangantu pangantuhu, atau “sahabat” bagi keluarga yang belum meninggal.
Yang menarik dari upacara tersebut adalah banyak unsur seninya, baik tumet leut (sajak yang dilantunkan dengan nada indah tapi tetap, dan tarian tarian khas jaman dulu misalnya giring-giring atau nampak maupun nandrik.

            Peninggalan kebudayaan yang ada di desa Telang Siong berupa situs-situs bersejarah seperti berikut ini :
·        Lewu Hante, yaitu berupa rumah raja Sotaono.
·        Tamak Mas Awang, yaitu tempat abu tulang Sotaono.
·        Awang, yaitu tempat abu tulang nenek moyang sudah di jame.
·        Papuyan Maja Weu, yaitu tempat pembakaran tulang (dalam upacara ritual ijame).
·        Juwung salelei, yaitu tempat pertempuran sejarah perjuangan leluhur melawan musuh.
·        Ugang Mansau, yaitu sumur tua dan bersejarah (pemandian para bangsawan).
·        Benteng, yaitu pertahanan pasukan desa.
·        Lubuk Suang Liang Sagunteng,Apar papara Tungkup Kuda Maanyan, yaitu tempat menabur makanan/ memanggil penjaga air dalam upacara selamatan atau hajad.
·        Balai Adat, yaitu Tinggal tanah pewatasan (Tempat upacara Ijame).
·        Papuyan Kaliwen (Tempat pembakaran tulang warga desa Telang Siong).
·        Juwung Mata, yaitu Tempat penduduk mencari bahan anyam-anyaman sesudah menghadapi masa panen.
·        Panungkulan, yaitu tempat pemujaan jika ada menghadapi kekacauan/penyakit/Hajad.
·        Bahanra, yaitu Tempat pemukiman pati ada/Nalayuda bersama keluarga.

keadaan desa Sosial Telang Siong

A.   Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Telang Siong

Desa Telang Siong mayoritas didiami oleh suku dayak maanyan. Suku Maanyan merupakan salah satu dari suku-suku Dusun (Kelompok Barito bagian Timur) sehingga disebut juga Dusun Maanyan. Suku-suku Dusun termasuk golongan Rumpun Ot Danum, salah satu rumpun suku Bangsa Dayak sehingga disebut juga Dayak Maanyan. Suku Maanyan mendiami bagian timur Kalimantan Tengah terutama di kabupaten Barito Timur dan sebagian kabupaten Barito Selatan yang disebut Maanyan I. Suku Maanyan juga mendiami bagian utara Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Tabalong yang disebut Dayak Warukin. Dayak Balangan (Dusun Balangan) yang terdapat di Kabupaten Balangan dan Dayak Samihim yang terdapat di Kabupaten Kotabaru juga digolongkan ke dalam suku Maanyan. Suku Maanyan di Kalimantan Selatan dikelompokkan sebagai Maanyan II. Menurut orang Maanyan, sebelum menempati kawasan tempat tinggalnya yang sekarang, mereka berasal dari hilir (Kalimantan Selatan). Walaupun sekarang wilayah Barito Timur tidak termasuk dalam wilayah Kalimantan Selatan, tetapi wilayah ini dahulu termasuk dalam wilayah terakhir Kesultanan Banjar sebelum digabung ke dalam Hindia Belanda tahun 1860 yaitu wilayah Kesultanan Banjar yang telah menyusut dan tidak memiliki akses ke laut, sebab dikelilingi daerah-daerah Hindia Belanda.
Menurut sastra lisan suku Maanyan, setelah mendapat serangan Marajampahit (Majapahit) kepada Kerajaan Nan Sarunai, suku ini terpencar-pencar menjadi beberapa subetnis. Suku terbagi menjadi 7 subetnis, diantaranya :
·       Maanyan PajuEpat (murni)
·        Maanyan Dayu
·        Maanyan Paju Sapuluh (ada pengaruh Banjar)
·        Maanyan Benua Lima/Paju Lima (ada pengaruh Banjar)
·        Maanyan Tanta (ada pengaruh Banjar)
·        dan lain-lain

Keunikan Suku Dusun Maanyan, antara lain mereka mempraktikkan ritus pertanian, upacara kematian yang rumit, serta memanggil dukun (balian) untuk mengobati penyakit mereka.
Di desa Telang siong ini masyarakatnya selain memiliki kepercayaan yang kuat juga sistem kemasyarakatannya sangat erat. Seperti, gotong royong atau kerja bakti membersihkan lingkungan desa setempat.

Sabtu, 02 Juli 2011

memulai blog baru

ini adalah blog ku yg kesekian kalinya.. setelah beberapa blog tidak bisa diakses lagi karena lama tidak di buka maklum karena saya sibuk :)
jadi jangan heran kalo ada kesemaan tulisan.. :)

semoga blog baru ini dapat ku kelola secara baik dan berguna untuk semua :)

rencananya blog ini akan kuisi tentang tulisan tulisan mengenai sosial,budaya dan sejarah. tulisan itu bisa berupa tugas kuliah aku ataupun hasil perjalanan aku.

selamat menikmati ::)

alamt blog lama ku :